Parah Jomblo Mencari Jodoh [Part-1]
"PARAH JOMBLO MENCARI JODOH"
original story
R.A
Hari ini hari pertama ku berada di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi dari sekadar seragam putih abu. Setelah melalui
berbagai ujian yang berhasil menguras tenaga dan pikiran, aku akhirnya terpilih
sebagai salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri Bandung, pulau seberang
yang cukup jauh dari tempat tinggal ku. Kota Kembang yang sejuk dan terkenal dengan ramah tamahnya
mampu menyihirku dalam sekejab, membuatku betah dan tak ingin pergi lagi.
Begitulah dalam bayanganku, yang kemudian dihempaskan oleh satu kenyataan,
bukan pahit sih hanya saja sedikit terasa kecut haha. Kenyataan bahwa perguruan
tinggi negeri itu tak lagi terletak di pusat kota idaman, melainkan berada jauh
dari peradaban modern, dan orang-orang sering menyebutnya dengan ‘Bandung
Coret’. “Aakkk ...”
Dari bandara aku harus menempuh kurang lebih
satu sampai dua jam perjalanan. Untunglah saat pertama sekali tiba di Bandung,
seorang anak dari teman ayahku berkenan untuk mengantarkan kami (aku dan
keluarga yang setia menemani) langsung menuju lokasi dimana aku akan menuntut
ilmu selama empat tahun kedepan. Setelah mengucapkan terima kasih, aku dan
keluargaku bergegas mencari tempat kos yang Alhamdulillah juga sudah di-handle oleh kakak kelasku. Sesampainya
di kamar kos-kosan yang terbilang cukup nyaman, aku dibantu Ibu dan Kakakku
segera membersihkan apapun yang bisa dibersihkan, tujuannya agar kami dapat
cepat beristirahat. Wah, saat itu aku merasa sangat excited dengan hari-hari yang akan aku jalani kedepannya, meskipun
sebenarnya aku juga merasa sedih karena nanti aku akan berpisah sementara dari
Ayah, Ibu dan keluargaku tercinta. Namun dalam hati aku terus berkata “Semangat
!!!”.
Lima hari setelah kami tiba di Jatinangor, Ayahku
harus kembali ke Medan karena pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan lebih
lama. Namun aku tetap bersyukur karena Ibu dan Kakakku masih akan menemaniku
sampai sebulan lamanya. Kami bertiga mengantar Ayah ke bandara, saat itu
rasanya aku ingin memeluk Ayah. Maklum, sejak kecil aku tidak pernah tinggal
berjauhan dengan Ayah dan Ibuku, tapi hari ini dan kedepannya mungkin aku hanya
akan pulang ke rumah dua kali setiap enam bulannya. “Hemmm, aku bakal rindu
Ayah. Doakan anak bungsu mu untuk bertahan di sini ya Yah. Terima kasih, Ayah
sampai detik ini masih berada disampingku dan mendukung apapun keputusanku.”
Gumamku dalam hati. Dan setelah mengantar Ayah, kami bertiga pun kembali ke
Jatinangor untuk melanjutkan kegiatan. Aku harus menghadapi ospek fakultas, sedangkan
Ibu dan Kakakku membeli perabotan untuk kugunakan saat menge-kos nanti. Terima
kasih Ibu dan Kakakku tersayang.
Dan ... hari pertama ospek pun tiba. Saat
berangkat menuju kampus dengan hanya berjalan kaki, aku bertemu dengan seorang
gadis yang ternyata berada di kos-kosan yang sama dengan ku, hanya saja ia
berada di lantai satu sedang aku di lantai dua. Melihat ornamen ospek yang ia
gunakan sama persis dengan ku, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan
dengannya karena mungkin saja ia juga berada di satu jurusan denganku, siapa
tahu. Dan ternyata, perkenalan itu merupakan takdir yang kemudian mengikat aku
dan dia dalam hubungan persahabatan. Namun, Alloh tidak hanya menyiapkan tali pertemanan antara aku dan dia, tetapi juga mereka, tujuh kurcaci yang sedang mengejar mimpi. Here we are (see above)^ :)
Komentar
Posting Komentar