Susahnya Urusan Berkas Sipil di Kabupaten Batubara [I]

Susahnya Urusan Berkas Sipil di Kabupaten Batubara


Apa kalian pernah dengan sebuah kabupaten bernama Batubara ? Kalau pernah, berarti kamu, atau seseorang yang berada didekatmu pastinya merupakan putra/putri yang sempat mengecap teriknya langit kabupaten yang dekat dengan pesisir pantai ini. Tapi, kalau kamu belum pernah mendengarnya, berarti kamu adalah seseorang yang jarang membaca berita, khususnya berita nasional. Why ??? Because beberapa waktu lalu, headline beberapa media nasional dipadati oleh list nama-nama terhormat yang 'tercyduk' alias tertangkap oleh sebuah lembaga independen anti-korupsi di Indonesia, dan salah satunya ialah Bupati dari Kabupaten Batubara. But yaa, just stop the issue here because thats not the point that I want to talk to. 

Jadi yang ingin saya ceritakan disini adalah pengalaman saya berhubungan dengan instansi sipil di daerah Kabupaten Batubara. Salah satu pengalaman berulang yang terus menerus membuat darah saya mendidih. Sebelumnya saya tekankan bahwa tulisan ini bukan sebagai bentuk konfrontasi, tapi hanya sebagai wadah untuk menumpahkan keluh dan resah atas sulitnya sistem pelayanan sipil di  Kabupaten Batubara ini.

Awal dari permasalahan pelik ini sebenarnya saya hadapi sejak status mahasiswa ya berganti menjadi 'pencari kerja' alias 'jobseeker'. Saya mengaku salah karena baru sekarang saya menyadari bahwa kesalahan satu huruf saja di nama yang tertera di Kartu Keluarga akan menyulitkan saya berhubungan dengan lembaga-lembaga negara, baik perbankan maupun badan usaha lainnya, CPNS apalagi. Hemm... Nama saya tertulis salah di KK yang berimbas salahnya nama di KTP saya. Selama ini sih saya tidak terlalu merasakan dampaknya, karena ya pesan tiket pesawat saya tetap mengikuti nama yang tertera di E-KTP yang salah. Semuanya berjalan lancar tanpa kendala berarti. Tetapi, kehilangan kartu ATM menjadi awal dari penatnya saya mengurus berkas ke kantor urusan pencatatan sipil itu. Karena uang di ATM masih terhitung lumayan untuk membeli paket Telkomsel yang katanya punya negara tapi mahalnya minta ampun itu, saya memutuskan untuk mencetak kartu ATM lagi. Tetapi begitu sampai di kantor cabangnya, bank tersebut meminta identitas asli baik KTP, KK, juga Akta dan Ijazah. Karena ada perbedaan, mereka menolak hingga saya mencoba bernegosiasi (pembuktian sebagai anak HI hehe) dan Alhamdulillah mereka menerima argumen saya, dengan syarat bahwa jika saya ingin menutup tabungan (tabungan hanya sampai umur 25) dan mengubah jenisnya menjadi tabungan umum, semua nama harus sama di setiap identitas (KTP, KK, Akta, dan Ijazah). Dan ya Alhamdulillah saya masih bisa ambil uang untuk beli paket yang mahal itu. :)

Namun, dari saat itu saya sadar bahwa saya sepertinya harus membereskan perkara salah nama ini, selagi masih menganggur. Saya dan Ayah pun mencoba untuk mencari informasi. Jadi karena kebetulan kami juga pindah rumah, kami pun berniat mengurus perubahan alamat yang kini berbeda kelurahan. Berangkat dari mengurus surat di Kelurahan TG, kemudian berlanjut ke Kantor Kepala Desa. Semua formulir yang kotak-kotak kecilnya banyak dan harus diisi pun saya lengkapi dengan hati-hati. Berharap jangan ada kesalahan. Hingga akhirnya formulir dan surat-surat itupun kami bawa ke kantor urusan pencatatan sipil kabupaten. 

Dan yaaa... Sesampainya disana kalian akan menyadari betapa pedalamannya tanah melayu ini. Melewati jalan yang sunyi, ditemani pepohonan sawit yang lebat, dengan tanah yang lebar namun becek di awal, lubang di jalan menuju tengah, dan KUBANGAN di tengah jalan hingga akhirnya berbelok dan sampailah di sebuah kantor kecil nan elok. Apa kalian tahu itu Kubangan ? Ya kubangan tempat si pak sapi dan kerbau asyik berguling-guling, dijalan itu jugalah kita diminta untuk melewatinya. Namun untunglah, si jagoan kereta kecil atau mobil ban tangguh masih mampu melewatinya. Kalau tidak, wassalam, apalagi saat hujan deras dan air lumpur bergenang, Wassalamu'alaikum Wr. Wb. 

Perjuangan tidak sampai disitu. Setelah memakan waktu hampir dua jam dari rumah tempat saya tinggal, kita akan dihadapi pada kenyataan pahit. Kenyataan yang lebih pahit dibanding waktu saya tidak diterima oleh perusahaan idaman para pencari kerja. Dikantor nan elok itu, masih di waktu pagi yang cukup cerah, kantor sudah dipadati oleh masyarakat yang ingin melakukan perekaman E-KTP. Iya KTP yang blankonya dari jaban tahun belum juga ada kabar, lebih lama dari bang toyib yang tak pulang-pulang tiga bulan. Hehe.

"Pak, saya mau ngurus perubahan KK." Ucap saya pada petugas keamanan yang sudah duduk di dekat pintu.
"Oh iya, syarat-syaratnya udah lengkap ?."  Saya mengangguk, kemudian dia menulis nama saya dan mengatakan tunggu nomor antrian. Saya lupa antriannya nomer berapa, yang saya ingat adalah keraguan saya sebab nomer antrian tidak ada kartunya, dan hanya ditulis di buku kas yang sepertinya sudah berusia lanjut. (-_-)

Dan ya keraguan saya terjawab. Nomor antrian tidak berlaku bagi masyarakat kabupaten. Yang berlaku adalah 'siapa cepat dia dapat'. Setelah saya memperhatikan, maka saya tak mau tinggal diam dan mengantri tanpa nomor antri. Hahaaha. 

Setelah giliran saya, "Kak saya mau ngurus perubahan KK." Dengan sigap ia memeriksa formulir, kemudian menyuruh saya membeli map di tempat fotokopi belakang kantor. Setelah itu ia menulis tanggal pengambil diselembar kertas dengan alamat baru yang nanti akan tertera di KK. SELESAI

Dua jam perjalanan lewati lembah selesai hanya dalam waktu kurang dari lima menit. Alhamdulillah, semoga tidak salah lagi... Semoga, 

Tapi... 
Semuanya tak sesuai dengan yang saya harapkan di satu setengah bulan berikutnya,  bersambung . . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu

Doaku atau doa Ibuku ?

Atok