Sedikit tentang Merantau
20 November 2018
Merantau, menuntut mu untuk mampu berjuang melawan sepi, dan sekaligus saat dimana kau pandai berpura-pura pada keluargamu yang jauh disana. Berkata bahwa kau selalu dalam keadaan baik, agar meraka tak kalut dan bisa tetap tidur nyenyak (mungkin begitu juga keadaan sebaliknya). Tapi setidaknya, jika kau sudah punya pengalaman merantau sejak masa kuliah dulu, maka hal itu sedikit membantu untuk mu lebih mudah beradaptasi dengan kata 'tangguh'.
Saat uang sakumu menipis, kau harus memutar otak agar perutmu tetap terisi, meski sering juga terasa nyeri di ulu hati, sedikit. Kosan yang tak menyediakan fasilitas dapur, membuatmu mencoba banyak cara bagaimana mengolah telur dan ikan kaleng dengan hanya menggunakan penanak nasi. Dari mulai telur ceplok, telur dadar hancur, dan yang paling favorit adalah telur rebus, rebus air maupun pematangan oleh tumpukan nasi panas.
Kau juga mencari cara bagaimana keripik hap"y tos seharga Rp 12.000,- mampu memberikan cita rasa nikmat diatas nasimu selama lima hari atau boleh lebih. Kau ambil sebagian, lalu sisanya kau ikat dengan karet gelangmu. Tak lupa dengan sisa-sisa uangmu, kau belikan sebotol kecil b"n cabe. Cita rasa Indonesia yang menambah keberagaman lauk diatas nasimu untuk satu minggu kedepan. Haha, merasa geli kau jika mengingatnya.
Lantas, apa kau harus bersedih ? Tentu tidak, Allah kan sudah jamin rezeki kita. Tanpa kita sadari, sepiring nasi mentega telur dengan b"n cabe dan beberapa keripik hap'y tosmu adalah seper- bagian dari rezeki itu. Tak pernah kau bersedih, malah kau terkekeh geli saat melahap makan pagi, siang, dan malam mu itu.
Ya... Setidaknya, kau harus buat hatimu merasa bahagia, sebagai rasa terima kasih kepada tubuh yang selalu rela menguatkan dirinya untuk menghadapi segala tahap kehidupan.
Tapi dari merantau, memang yang paling menyayat hati adalah ketika tanggal merah dimana orang-orang biasanya berkumpul bersama keluarga. Bersyukur jika di saat yang sama kita memiliki sahabat senasib, tapi jika tidak. Rasanya saat kau bangun, malam sudah tiba dan hari liburpun telah terlewati. Sepi.... Rasa sunyi itu harus kau rasakan langsung, tak bisa dikira-kira. Perih-perih gitu. Tapi, perjuangan harus tetap diteruskan. Jika diniatkan dengan keinginan yang baik, Inshaa Allah akan berbuah manis, nanti...
# Renungan di malam hari
Komentar
Posting Komentar