Jakarta

Gang Buntu Cassablanca Kenangan membawaku kembali pada sebuah anak sungai, sub-tulisan. Tentang sepetak jalan yang menjadi saksi dari senyapnya kerinduan. Mengusik langit yang kadang mendung kadang gelap. Di perempatan jalan, ambil lurus tanpa melirik ke kiri dan ke kanan. Pernah singgah dikios yang menjadi gardu penyambut jalan, bertukar sabun mandi atau susu kaleng dengan lembaran kertas yang diberi nilai. Semakin banyak angka kosong semakin banyak barang yang bisa ditukar. Dipertengahan pernah jua mengusik penjual nasi goreng dengan seceplok telur setengah matang. Pemenuh perut yang kadang tak punya pilihan. Jika si penjual nasi goreng enggan, maka aku perlu berputar balik dan ambil jalan kiri. Sebuah warung tegal yang menyajikan simbol lumayan. Lumayan banyak, lumayan enak, dan yang paling utama di kehidupan perkotaan, yaitu... lumayan mur...