Menjadi Dewasa

" Menjadi Dewasa "

by. RA

Pernah nggak sih merasa takut sebelum mulai mengejar mimpimu ? Mimpi yang sudah kamu idam-idamkan dari dulu. Mimpi yang dulu masih engkau genggam ragu saat kau terjebak dalam perjuangan menggapai toga dan beberapa huruf dibelakang namamu, ataupun mimpi yang mulai menusuk jemari mu saat kau termangu dalam keseharian penuh dinamika ruang kerja dengan segala jenis manusia didalamnya.

Sungguh, menjadi wanita mandiri dan sendiri di usia quarter of life ini ternyata membuat pundak menjadi lebih cepat lelah. Atau mungkin, karena bahu ini sudah lebih dulu memikul beban yang berat sehingga ia mulai berkarat. Setiap keputusan kini menjadi panah yang melesat terbang mengarah ke diri sendiri. Pilihan menjadi lebih rumit.Apakah mimpi ku ini benar akan melapangkan rongga hatiku yang terus menerus menyempit ?

Setiap hal yang harus aku putuskan telah ku bagi antara lebih dan kurangnya. Visiku jelas, dan misiku disusun sebaik-baiknya rencana. Tapi ada saja sekelebat ketakutan yang menahan langkahku. 

Siapa nanti yang akan menopangku jika mimpiku gagal terwujud ? 

Apakah ada yang akan menemaniku disudut ruang ketika menangis setelah pengeksekusian mimpi ku tidak sesuai dengan yang diharapkan ? 

Apakah akan ada yang memelukku dan mengatakan kalimat ajaib tentang "semua yang akan baik-baik saja" ? 

Apakah ini memang saat yang tepat untuk melarikan diri ? 

Bagaimana dengan seorang pria tua yang harus kutenangkan hatinya dalam sisa-sisa kehidupan ? 

Apakah pada akhirnya, anak yang selalu dibanggakan ini nya akan menjadi beban dari mimpinya yang penuh omong kosong ?

Menjadi wanita dewasa tidak semenyenangkan itu, apalagi jika kamu tidak dibersamai oleh seseorang yang telah melaluinya. Ibu.

Setiap malam sepulang kerja, kendaraanku dengan setia menemani setiap bulir air mata yang jatuh dibalik kaca helm yang cembung. Semua nada kulantunkan. Bagiku, jeda waktu itu menjadi ruang psikiaterku. Seperti orang yang kehilangan akal, aku bebas terisak. Mencoba men-sejenakkan penatku yang penuh. Sambil mengoyak rindu dan berharap Ibuku duduk dikursi belakang sepeda motorku sambil ikut bersenandung. 

Menjadi dewasa melelahkan bu...

Bahkan jika engkau suruh aku tidur sebagai bentuk mengistirahatkan diri, yang terjadi adalah sebaliknya. Meskipun aku sangat lelah dan mengantuk, tapi bagiku tempat tidur adalah algojo paling pedih dalam hidup ini. Mancambukku dengan segala rasa sepi dan sunyi, memelukku dengan kenangan dan harapan bahwa... semua yang terjadi hanyalah  mimpi. 

Bahwa, kehilanganmu juga termasuk didalamnya. 

Bahwa, esok setelah bangun dari tidur aku masih bisa melihatmu. 

Bahwa, mimpi ku akan terwujud.

Bu, 

Menjadi dewasa.

Benar-benar melelahkan....

Apa jika aku berhenti dan kembali mengejar  mimpiku yang sebenarnya, perasaan melalahkan ini tidak akan jadi membunuhku. Apakah mimpi seorang yang telah dewasa masih belum begitu terlambat ? Aku ingin tau, jadi apa aku seharusnya ?

-

 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu

Doaku atau doa Ibuku ?

Atok