27 Juli 1995


Tanggal 27 Juli kemarin, Alhamdulillah usiaku genap 22 tahun. Dua tahun setelah kepala dua sepertinya membuat diri ini menjadi pribadi yang lebih sering merenung; 

Apa lagi yang telah bertambah pada diriku selain usia ? 
Juga, apa lagi yang berkurang dari diriku selain kesempatan untuk hidup lebih lama ?.

Ulang tahun kali ini begitu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sebab kali ini terlebih dahulu diwarnai dengan drama. Satu minggu sebelum alarm tanggal kelahiran berbunyi, aku bertengkar hebat dengan Ibu dan Ayahku. Pertengkaran itu membuat ku dengan sombongnya mendiamkan mereka selama empat hari, bahkan karena gengsi, aku menahan rasa lapar dan berusaha untuk tidak menyantap masakan Ibuku. 
Astaghfirullah aladzim ... 

Bila ku ingat saat itu, malu sekali rasanya untuk melengketkan kening pada sajadah dan bersujud padaNya, menyesal... hanya itu yang terlintas di benakku. Saat masih dalam keadaan marah, sedikit pun tak terlintas di hatiku bahwa sebentar lagi adalah tanggal kelahiranku. Pertengkaran kali ini pun berbeda sebab tak sepatah kata pun keluar dari mulut Ibuku yang biasanya selalu berusaha memulai percakapan tanda damai. Tapi kali ini, kami sama-sama diam, benar-benar seperti orang bisu. Meskipun dari empat hari itu, ada waktu dimana aku mendengar bisik-bisik curhatan Ibu kepada Ayah dan Kakak perempuanku, tentang aku. Namun saat itu sikap keras kepalaku belum mau melunak, sebab dalam hal ini aku merasa aku tidaklah salah, sehingga membuatku benci untuk mengalah. "Aku tidak mau kalah." pikirku dalam hati. 

Namun tanda spidol merah yang melingkari angka 27 di kalenderku, membuatku merasa Alloh sedang menamparku dengan kerasnya. Hingga saat di penghujung sholat Ashar, angka 27 terus saja membuatku menangis.

"22 tahun lalu bahkan dia rela menukar nyawanya hanya untuk membuatku bisa melihat dunia, dan hingga 22 tahun kini pun ia tak pernah berhenti berusaha untuk memberikan ku hidup yang layak. Aku begitu berdosa, membayangkan betapa kesombonganku tentu menyakiti hatinya dengan teramat sangat. Maafkan hamba ya Alloh, maafkan hamba."

Akhirnya, setengah jam setelah waktu Maghrib selesai, aku mematikan sikap sombong dan keras kepalaku. Aku duduk di hadapan Ibu yang sedang menonton TV. Ia memandangku kaku. Terus langsung ku katakan padanya aku minta maaf. Sungguh tanpa kusengaja, beban berat di hatiku rasanya menguap hingga membuat mataku perih. Aku memeluknya sambil menangis, ya kami berdua sama-sama menangis. Kakak perempuan yang memperhatikan kami merasa agak lucu, hingga ia tertawa sambil mengejekku. Meski sejujurnya aku pun merasa malu karena ya, manusia seperti ini. Meminta maaf pada teman atau orang lain begitu mudah, tetapi saat meminta maaf dengan tulus pada Ayah dan Ibu rasanya malu. Namun dibalik rasa malu itu, ada kebanggan tersendiri yang terselip dalam hatiku. Alhamdulillah perkara ini, aku berhasil mengalahkan diriku sendiri. Berulang kali aku mengucapkan kata maaf pada Ibu juga mencoba untuk mencairkan suasana. Dan ya, kasih Ibu memang sepanjang masa ... tapi Inshaa Alloh, kasih afni tidak hanya akan sepanjang galah, Mak.
Janjiku, ini kali terakhir aku menatapnya marah. Aku akan berusaha untuk tetap menahan diri, karena sesungguhnya, ridho Alloh ada pada ridho Ayah dan Ibu. 

Terima kasih untuk 22 tahun ini :)

Mengingat banyak sekali hal yang terjadi selama 22 tahun ini, dengan segala kebahagiaan, kegembiraan juga segala rasa sakit dan pedihnya kehidupan terus saling berlomba untuk mendominasi, namun hanya yang bersyukur akan bertahan. Dan semoga aku adalah salah satu diantara golongan hamba yang bersyukur. Ulang tahun kali ini begitu berbeda dan istimewa, semoga dari tahun-tahun sebelumnya, ku temukan jawaban dari dua pertanyaan diatas. Dan semoga di tahun-tahun berikutnya, ku temukan cara untuk mempertahankan jawabanku hingga, hingga di hari perhitungan kelak, semoga ku temukan cara untuk mempertanggungjawabkan jawabanku;

"Apa yang bertambah pada diriku selain usia ?"
"Apa yang berkurang dari diriku selalin kesempatan untuk hidup lebih lama ?"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waktu

Doaku atau doa Ibuku ?

Atok